Membicarakan soal kekejaman Israel memang tidak ada habisnya. Sejak 63 tahun lalu negara kecil yang “sok berkuasa” itu tidak pernah puas menjajah negara lain. Seakan dunia ini milik mereka dan hanya untuk mereka sehingga dengan seenaknya mereka menjajah dan membantai penduduk negara lain.
Palestina, itulah negara yang terjajah. Meskipun negara tersebut memiliki hak untuk merdeka akan tetapi hak tersebut tidak memiliki ruang dimata Israel. Pembunuhan warga Palestina secara membabi buta bukan tanpa alasan, mereka berdalih bahwa tanah Palestina merupakan tanah yang dijanjikan untuk mereka sehingga Israel merasa harus merebutnya dari warga Palestina.
Usaha untuk menjadikan Palestina merdeka terus dilakukan meskipun kadang kala hasilnya sama, yaitu kegagalan. Gagalnya suatu negara atas kemerdekaan berarti ia gagal untuk mendapatkan hak-hak kenegaraan, kemerdekaan misalnya. Sehingga penindasan yang “dilegalkan” lah yang terjadi.
Sejak 20 tahun terakhir ini upaya perdamaian antara Israel dengan Palestina telah digaungkan. Akant tetapi hasilnya belum memuaskan bagi warga Palestina karena Israel selalu melakukan tipu dayanya supaya Palestina tetap dalam keadaan tidak merdeka.
Tipu daya Israel –dengan dukungan Amerika Serikat- yang sering dikemas dalam slogan “perdamaian” seakan memikat hati negara-negara sekutunya. Amerika misalnya, negara yang satu ini selalu menggunakan kekuasaannya untuk mendukung aksi perdamaian semu Israel. Meskipun yang dilakukan Israel adalah pertumpahan darah asalkan itu demi perdamaian ala Israel tentu amerika akan tetap setia mendukung aksi tersebut.
Upaya terbaru yang dilakukan oleh presiden Palestina, Mahmud Abbas yaitu mendatangi kantor PBB dengan harapan segera diakuinya kemerdekaan negara Palestina. Ternyata hal tersebut ditanggapi negatif oleh Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel. Ia mengatakan bahwa Israel menginginkan perdamaian dengan Palestina, untuk itu harus ada negosiasi antara Israel dan Palestina. Perdamaian ada ditangan kami, bukan Palestina. seperti yang ditulis koran Republika, selasa 20 September 2011.
Untuk menggagalkan lobi yang dilakukan Palestina dengan PBB tersebut, Benyamin Netanyahu berencana akan mendatangi PBB untuk menyampaikan rencana perdamaian ala Israel tersebut. Bukan Israel kalau tidak sukses dalam lobying, kita tunggu saja apa tindakan PBB atas laporan kedua pimpinan negara tersebut.
Rencana perdamaian sengaja diulur-ulur oleh Israel karena dibalik wacana tersebut mereka memiliki segudang rencana untuk menjadikan bumi Palestina itu tanah Israel. Hal itu terbukti dengan semakin luasnya tanah Israel dan semakin menyempitnya tanah Palestina.
Penjajahan yang dilakukan Israel ternyata “memaksa” warga Palestina untuk merelakan tanah yang telah didiaminya berpuluh-puluh tahun jatuh ke tangan Israel. Pembangunan perumahan oleh Israel pun terus digalakkan, bukan hanya rumah masyarakat Palestina saja yang jadi santapan segar, bahkan pemakaman para syuhada’ pun tidak luput dari penggusuran.
Mereka (Zionis-Israel) selalu menjanjikan perdamaian akan tetapi setiap hari warga Palestina selalu dihantui oleh kekejaman tentara Israel bahkan pembunuha warga tak bersalah. Dimata israel, warga palestina layaknya hewan buruan di hutan yang siap ditembak kapan saja mereka mau. Mereka tidak takut akan hukuman karena kekejaman tersebut memiliki tameng perdamaian.
Inilah yang penulis katakan dengan perdamaian semu, mereka asyik menjajah Palestina dengan alasan yang dibuat-buat untuk dijadikan legalitas penjajahannya. Perdamaian sengaja tidak di-gool-kan sebab jika itu terjadi maka tanah Israel tidak dapat diperluas lagi.
Legitimasi penjajahan
Anehnya, fakta kejahatan yang sudah jelas-jelas terjadi di depan mata internasional justru membungkam masyarakat luas. Seakan-akan kita “dipaksa” untuk melihat penjajahan yang dilegalkan ini.
PBB yang “katanya” melindungi yang tertindas ternyata tidak mampu berbuat apa-apa atas penjajahan yang dilakukan oleh negara kecil itu, entah karena takut atau karena memang disengaja. Amerika yang katanya negara adikuasa yang menjunjung tinggi kebebasan serta perdamaian ternyata malah mengizinkan penjajahan tersebut.
Memang dasarnya mereka satu kawan, satu rumpun sehingga apapun yang diinginkan Israel maka Amerika setuju dengan hal itu. Inikah yang namanya perdamaian?
Akhirnya, sampai tulisan ini selesai pun tidak ada solusi yang tepat untuk kemerdekaan bagi Palestina. Mudah-mudahan semua negara terbuka hati dan matanya sehingga tidak ada lagi pembunuhan yang dilegalkan dimuka bumi ini dan semoga kita tidak menjadi korban wacana perdamaian semu ala Israel tersebut. Khususnya untuk Palestina semoga segara menjadi negara merdeka. Waallahu A’lamu bi as-Showab
Artikel ini telah dimuat di Hidayatullah.com pada 26 September 2011